Ket foto; Proyek yang sudah terlihat keretakan dan mengelupas.
Sampang|| MMCMadura, Proyek Irigasi yang berada di desa Noreh kecamatan Sreseh Kab. Sampang baru dibangun sudah menunjukkan tanda tanda kerusakan yang sangat serius seperti keretakan serta pengelupasan pada bangunan.
Selain itu, dilokasi proyek tidak ditemukan papan informasi sehingga publik menilai proyek yang sudah mengalami kerusakan itu diduga tidak transparan, Tidak sesuai spesifikasi serta jauh dari asas manfaat.
Pasalnya, Proyek yang seharusnya mendukung ketahanan pangan malah dikerjakan di area yang jauh dari sawah dan merupakan lahan mati, yang hilirnya mengarah ke jalan raya bukan sebuah persawahan.
Hal itu proyek yang diduga tidak sesuai spesifikasi itu hanya dibangun untuk keuntungan semata tanpa mengutamakan asas manfaat.
Informasi yang dihimpun media ini ketua kelompok petani yang menerima proyek itu bernama Jatim, namun fakta dilapangan proyek itu dikerjakan orang lain.
Habisono warga setempat mengaku yang mengerjakan serta yang bertanggung jawab atas proyek itu saat dikonfirmasi mengatakan, dirinya bertanggung jawab atas keretakan proyek itu, menurutnya Jatim yang diketahui ketua kelompok petani tidak tahu apa apa dan tidak akan bisa menjawab pertanyaan yang akan dilontarkan wartawan.
” Jatim itu ipar saya dia ketuanya, ya saya sebagai pelaksana, keretakan itu mungkin dari gerakan tanah tidak semua retak hanya beberapa bagian saja. Ini habis kemarau jadi biasa masuk musim penghujan saya akan perbaiki nanti. Ipar saya itu tak akan bisa menjawab nanti saat ditanya.” Kata habisono, Kamis (02/01/25).
Saat disinggung lokasi yang ada di Tegal mati dan jauh dari persawahan habisono berkilah, menurut dia dua tahun terakhir tempat yang sekarang lapangan itu merupakan persawahan.
” Itu sawah dalam dua tahun terakhir itu sawah, aliran air nya kurang petani mengalami kerugian sekarang tahun ini coba mengairi melalui irigasi, siapa tahu nanti ditanami lagi. Itu sawah dulu Lo pak wartawan.” Ungkap habisono meyakinkan.
Pernyataan itu bertentangan dengan Penjabat (PJ) Kepala Desa (Kades) Noreh, Moh. Hado’i saat dikonfirmasi, menurut Hado’i pihaknya sudah menegur terkait lokasi yang menurut dia merupakan lahan tidur.
” Mohon maaf pak saya sudah kelokasi dan menegur pelaksana, saya hanya penerima manfaat dari proyek itu, silahkan konfirmasi langsung saja.” Ungkap PJ noreh singkat.
Sementara itu Mufid yang mengaku pendamping program saat dikonfirmasi melalui telfon mejelaskan, dirinya mengetahui lokasi dari atasannya serta mengkonfirmasi ke pihak pelaksana lokasi itu dulunya merupakan persawahan.
“saya sebagai pendampingan proyek itu sudah mendapat lokasi dari atasan itu bukan Tegal mati, jadi saya konfirmasi ke pelaksana dulunya buat nanam padi memang. Setelah saya turun itu lokasinya setelah saya tanya apakah disini ada penanaman padi ke pelaksananya, dulunya ini ada yang tanam padi.” Kata Mufid.
Disinggung dengan bangunan yang mulai rusak dengan banyaknya keretakan serta mengelupas, dirinya akan mengecek lokasi untuk memastikan kebenarannya.
” Saya survey kelokasi dulu, masalahnya setelah pengukuran seratus persen itu kemaren tidak ada yang retak, saya coba cek dulu nanti saya setelah cek baru bisa komen.” Kata Mufid.
Sekedar diketahui publik, proyek itu selesai dibangun berumur dua bulanan, sudah terlihat banyak keretakan dan mengelupas, jadi publik berharap Aparat Penegak Hukum (APH) maupun Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Jawa timur untuk melakukan audit menyeluruh. Serta memberikan sangsi terhadap pelaksana atas tindakan yang diduga mengurangi kualitas bangunan dan tidak sesuai Rencana Anggaran Biaya (RAB) itu.