Probolinggo |MMC.co.id
Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Pajarakan, Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo, menggelar kegiatan Sosialisasi Sekolah Lapang Tematik Pertanian dalam rangka pengembangan kelembagaan petani. Kegiatan yang merupakan bagian dari DAK Non Fisik Tahun 2025 ini berlangsung di Desa Karanggeger, Kecamatan Pajarakan, pada Senin (22/07/2025).
Acara tersebut dihadiri oleh Forkopimcam Pajarakan, Kepala Desa Karanggeger Bawon Santoso, penyuluh pertanian lapangan (PPL), Koordinator BPP Pajarakan Eko Budi Santoso, petugas POPT Didik Harianto, serta para perwakilan dari kelompok tani (Poktan) dan gabungan kelompok tani (Gapoktan) se-Kecamatan Pajarakan.
Dalam keterangannya kepada media, Eko Budi Santoso menjelaskan perbedaan antara program Desa Tematik dan Sekolah Lapang Tematik Pertanian. Ia menyebut dirinya juga turut menjadi tim penilai dalam lomba desa tematik tingkat kabupaten.
“Kebetulan saya juga tim penilai lomba desa tematik dengan fokus tanaman hijau. Dari 335 desa, hanya 30 yang lolos, termasuk dua desa di Pajarakan: Karanggeger dan Karangpranti,” jelas Eko.
Lebih lanjut, Eko menegaskan bahwa Kecamatan Pajarakan didominasi oleh petani padi, sehingga sekolah lapang tematik pertanian akan difokuskan pada komoditas tersebut.
“Komunitas unggulan di sini adalah tanaman padi, sekitar tiga perempat dari total petani di Pajarakan menanam padi. Selain itu, ada juga tanaman bawang, tembakau, dan lainnya,” tambahnya.
Eko juga menyoroti dinamika pasar dalam konteks perang dagang, terutama terkait Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah. Ia menilai bahwa harga Rp 6.500 per kilogram yang ditetapkan pemerintah sudah cukup menguntungkan bagi petani.
“Memang pedagang kadang menawarkan lebih tinggi, karena mereka kejar stok. Tapi jika pemerintah konsisten menyerap gabah dengan HPP, maka pedagang akan ikut menyesuaikan harga. Ini demi kestabilan harga beras di masyarakat,” tegasnya.
Ia pun mengimbau para petani agar tidak tergoda oleh harga tinggi dari tengkulak, karena akan berdampak pada harga beras di pasaran.
“Harga gabah yang dijual di atas HPP akan memicu lonjakan harga beras. Sekarang saja sudah Rp 13.000 per kilogram. Kami ingin edukasi petani agar menjual ke Bulog, agar stabilitas harga pangan tetap terjaga,” pungkasnya.
(roni)













