Sosok Pendana Pembuat Jembatan Bambu Sumbersecang Yang Terputus Pasca Banjir

Probolinggo | mmc.co.id

Pasca putusnya jembatan utama yang menghubungkan Desa Sumbersecang, Kecamatan Gading, dan Desa Satrian, Kecamatan Maron, kini jembatan darurat yang dibangun sebagai solusi sementara justru menuai sorotan. Jembatan tersebut dibuat dari bambu dan kayu, dan dibangun pada 30 Maret 2025 atau bertepatan dengan 30 Ramadan 1446 Hijriyah.

 

Putusnya jembatan utama tersebut tidak hanya memutus akses antar desa, tetapi juga melumpuhkan perekonomian warga di wilayah tersebut. Melihat kondisi itu, Wahyudi, salah satu warga Desa Brani Wetan, berinisiatif membangun jembatan darurat meski harus menggunakan dana pribadi.

 

Jembatan darurat dari bambu ini dibangun dengan tujuan untuk memulihkan kembali akses ekonomi dan mobilitas warga, khususnya warga Desa Sumbersecang dan Dusun Asenan, Desa Brani Wetan, Kecamatan Maron, yang selama ini terisolasi akibat banjir yang merusak jembatan satu-satunya.

 

Menariknya, jembatan tersebut kini sudah bisa dilintasi tidak hanya oleh sepeda motor, tetapi juga oleh kendaraan roda empat seperti mobil minibus.

 

Saat dikonfirmasi, Wahyudi menyampaikan,

“Begini, Mas. Saya membangun jembatan ini meskipun sifatnya hanya sementara, karena saya melihat banyak warga Sumbersecang dan Asenan yang memiliki kendaraan pribadi, termasuk mobil dan pikap. Jadi saya berinisiatif membangunnya. Kebetulan, mobil saya pribadi juga ada di wilayah Sumbersecang.”

 

Ia juga menambahkan bahwa pembangunan jembatan ini bukan semata demi kepentingan pribadi.

“Sebenarnya kalau hanya karena mobil saya ada di sana, tidak terlalu penting. Tapi saya lebih memikirkan kebutuhan warga. Mereka kalau mau beli bahan pokok pasti harus melewati jembatan ini.”

 

Wahyudi mengaku bahwa sebelum membangun jembatan darurat ini, dirinya telah meminta izin terlebih dahulu kepada Kepala Desa Sumbersecang, Sukron.

 

Sen, salah satu warga Sumbersecang, mengungkapkan rasa terima kasihnya.

“Saya mewakili warga Sumbersecang mengucapkan terima kasih kepada Pak Wahyudi yang sudah membangun jembatan, meskipun hanya dari bambu.”

 

Ia juga menyampaikan,

“Sebenarnya, pembangunan jembatan ini bukanlah tanggung jawab pribadi warga, dan seharusnya dilakukan oleh pemerintah. Tapi karena sangat membantu, kami pun ikut bergotong royong dan membantu sebisanya, walau hanya beberapa ratus ribu rupiah.”

(roni)

 

Editor: Biro

Tinggalkan Balasan